Senin, 10 Oktober 2011

MENGENAL EKARISTI




Ekaristi Berasal dari bahasa Yunani “eucharistia”, artinya “syukur”, – merupakan ucapan syukur atas karya penebusan dan kenangan akan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Dalam Ekaristi, Tuhan Yesus memberikan Tubuh dan Darah-Nya sendiri dalam rupa roti dan anggur (lih Luk 22:19). Puncak Liturgi adalah Ekaristi.

Apakah Ekaristi sama dengan Misa?
Dalam percakapan sehari-hari, kata misa dipahami dalam arti Perayaan Ekaristi.
Kata Misa berasal dari rumus penutup Perayaan Ekaristi dalam bahasa Latin: “ite,missa est” : “Pergilah, misa sudah selesai”. Tata Perayaan Ekaristi (TPE) memasukkan unsur “pengutusan” ke dalam bagian akhir TPE ini. Untuk itu TPE baru menampilkan rumus: “Marilah pergi. Kita diutus”.
Dengan merayakan Ekaristi… Kita bertemu dengan Tuhan Yesus, baik melalui sabdaNya maupun TubuhNya. Selain itu, kita dipersatukan sebagai umat Allah.
Mengapa kita wajib merayakan Ekaristi di Hari Minggu dan Hari Raya?
1) Bersama seluruh umat beriman kita merayakan dengan penuh syukur karya penyelamatan Allah yang hadir dalam diri Yesus Kristus lewat peristiwa wafat dan kebangkitanNya; Yesus sendiri bersabda, “…lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku” (bdk. Luk 22:19).
2) Bersama umat beriman lainnya kita mengucap syukur karena dari hari Senin sampai Sabtu kita sudah diberi kekuatan, kesehatan, perlindungan, rejeki, dan lain-lain (bdk. Kis 2:46).
3) Sepuluh Perintah Allah yang ke-3 mengatakan “Kuduskanlah Hari Tuhan”.
4) Lima Perintah Gereja yang ke-2 mengatakan “Ikutilah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan Hari Raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu”.

Struktur Perayaan Ekaristi
Dua bagian: Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Sehingga merupakan satu tindak ibadat. Sebab dalam Perayaan Ekaristi itu, Sabda Allah dihidangkan untuk menjadi pengajaran bagi umat dan Tubuh Kristus menjadi santapan bagi orang-orang beriman.

Tahukah Anda?
+ Hanya imam, oleh karena tahbisannya, yang bisa memimpin Ekaristi.
*
+ Ekaristi berbeda dengan Ibadat Sabda. Disebut Ekaristi bila ada imam, Doa Syukur Agung (DSA) dan Komuni.
*
+ Orang boleh merayakan Ekaristi 2 kali dan menerima Komuni Kudus 2 kali pula dalam hari yang sama.
*
+ Hanya orang yang sudah dibaptis secara Katolik atau diterima ke dalam Gereja Katolik dan telah menerima Komuni Pertama yang boleh menerima Komuni Kudus dalam Perayaan Ekaristi.
+ Kolekte (derma) dalam Perayaan Ekaristi dalam Gereja Katolik tidak
* dibatasi dalam “persepuluhan”, tetapi “suka rela” artinya tidak hitung-hitungan, tetapi tulus (mungkin bisa kurang dan atau bisa lebih dari “persepuluhan”).
+ Rumusan doa pengampunan pada bagian awal Perayaan Ekaristi tidak
* berarti umat tidak perlu Sakramen Tobat. Bahkan yang punya dosa berat disarankan menerima Sakramen Tobat dahulu agar layak menyambut Tubuh dan DarahNya.

Tips Merayakan Ekaristi
+ Berpuasa 1 jam sebelum mengikuti Perayaan Ekaristi.
+ Hadir lebih awal dengan pakaian pantas.
+ Persiapkan diri dengan menciptakan waktu teduh di dalam Gereja.
+ Sadari dan mohon ampun atas kesalahan dan dosa.
+ Ikut terlibat dalam menyanyi dan menjawab ajakan pemimpin Ibadat.
+ Dengarkanlah apa yang Allah ingin beritakan lewat bacaan-bacaan Kitab Suci dan Kotbah Imam.
+ Mempersatukan persembahkan diri kita dengan roti dan anggur yang akan diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
+ Sembahlah Dia di saat konsekrasi dengan segenap hati dan budi kita.
+ Sampaikan Salam Damai kepada saudara-saudari kita dengan tulus.
+ Terimalah Hosti Kudus dan sapalah Dia secara pribadi dalam hati dan budi kita.
+ Ciptakan saat teduh dan doa pribadi setelah Komuni.
+ Jangan tinggalkan Perayaan Ekaristi sebelum mendapat berkat penutup lewat imam.
+ Bersiaplah menjalani hidup harian kita dengan membagi-bagi berkat Ekaristi yang kita dapatkan.
+ Kita diutus untuk membawa damai.

EKARISTI MENCIPTAKAN DAN MEMBANGUN PETRSEKUTUAN



          Persekutuan  Ekaristi meneguhkan Gereja dalam kesatuan sebagai tubuh Kristus. Daya pemersatu dari partisipasi dalam perjamuan Ekaristi inilah yang dimaksud Santo Paulus tatkala ia menulis kepada jemaat di Korintus, “Bukankah roti yang kita pecahkan adalah persekutuan dalam tubuh Kristus? Karena hanya ada satu roti, maka kita yang banyak menjadi satu tubuh, karena kita semua ambil bagian dalam roti yang satu” (1 Kor 10:16-17). Santo Yohanes Krisostomus memberi komentar  atas kata-kata ini secara mendalam dan gemilang,…”apakah roti itu? Itulah tubuh Kristus.  Dan menjadi apakah mereka yang menyambutnya? Menjadi tubuh Kristus – bukan banyak tubuh melainkan hanya satu tubuh…
   Maka Ekaristi ditampilkan sebagai puncak segala sakramen dalam penyempurnaan persekutuan kita dengan Allah Bapa, lewat penyatuan diri kita kepada Putra Tnggal-Nya, berkat karya Roh Kudus…

       Ekaristi menciptakan persekutuan dan mengembangkan persekutuan. Santo Paulus menulis kepada umat di Korintus seraya menandaskan betapa perpecahan mereka…bertentangan dengan yang mereka rayakan, yakni Perjamuan Tuhan. Lantas Rasul Paulus mendorong mereka mempertimbangkan kenyataan yang sebenarnya dari Ekaristi agar mereka kembali kepada semangat persekutuan persaudaraan (lih. 1 Kor 11:17-34)

KITA MENYAMBUT KRISTUS


KRISTUS MENYAMBUT KITA

            Penyatuan kita dengan Kristus, yang dihasilkan oleh babtisan, terus-menerus diperbarui dan dimantapkan dengan ambil bagian dalam Kurban Ekaristi, terutama lewat persekutuan penuh yang terjadi dalam komuni sakramental. Kita  dapat berkata bahwa bukan saja kita masing-masing menyambut Kristus, tetapi juga Kristus menyambut kita masing-masing.
Ia menjalin persahabatan dengan kita, “Kamu adalah sahabat-sahabat-Ku” {Yoh 15:14). Sungguh justru karena Dia, kita memiliki hidup, “Yang makan tubuh-Ku akan hidup dalam Aku” (Yo 6:57). Komuni Ekaristi mewujudkan jalan luhur untuk “tinggal” bersama antara Kristus dan sahabat-sahabatNya. “ Tinggallah dalam Aku dan Aku dalam kamu” (Yoh 15:4).
            Berkat persekutuan dengan Kristus, Umat Perjanjian Baru – yang sama sekali tidak menutup diri – menjadi “sakramen” bagi umat manusia, tanda dan sarana  penyelamatan yang diperoleh Kristus, terang dan garam dunia (lih.Mat 5:13-16), demi penyelamatan semua orang. Misi Gereja melanjutkan  misi Kristus, “Seperti Bapa telah mengutus Aku, demikianlah Aku mengutus kamu” (Yoh 20:21). Lewat pengabadian kurban salib dan persekutuan Gereja dengan tubuh dan darah Kristus dalam Ekaristi, Gereja menarik daya Rohani yang dibutuhkannnya untuk mewujudkan misinya. Demikianlah Ekaristi muncul serentak sebagai sumber dan puncak segala evangelisasi, justru karena tujuannya adalah persekutuan umat manusia dengan Kristus, yang di dalam Dia dengan  Bapa dan Roh Kudus.

EKARISTI ROTI HIDUP – JAMINAN HIDUP ABADI



 Daya penyelamat dari kurban salib baru terwujud secara penuh tatkala kita menyambut tubuh dan darah Tuhan dalam komuni. Kurban Ekaristi senantiasa terarah kepada kesatuan batin antara orang beriman dengan Kristus dalam komuni ; kita menyambut Dia yang mempersembahkan diri bagi kita, dan kita menyambut tubuh-Nya yang dikurbankan bagi kita di kayu salib, serta darah-Nya yang dicurahkan demi pengampunan dosa banyak orang “ ( Mat 26:28). Kita diingatkan oleh sabdaNya, “ Bapa yang hidup telah mengutus Aku, Aku hidup dalam Bapa, barangsiapa makan tubuh-Ku akan hidup dalam Aku” (Yoh 6:57).
Yesus sendiri memastikan bahwa kesatuan ini , yang dibandingkanNya dengan hidup Allah Tritunggal, sungguh-sungguh terwujud. Ekaristi adalah sungguh-sungguh perjamuan, dimana Kristus mempersembahkan diri sebagai santapan kita. Tatkala pertama kali Yesus menyebut makanan ini, para pendengarnya terkejut dan sangsi, sehingga Guru terpaksa menegaskan kebenaran obyektif dari sabdaNya, “ Sungguh-sungguh  Aku berkata kepadamu, bila kamu tidak makan tubuh Putra Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak memiliki hidup” (Yoh 6:53). Ini bukanlah perlambangan makanan, “Tubuh-Ku adalah sungguh-sungguh makanan, dan darah-Ku sunguh-sungguh  minuman” (Yoh 6:55)

Aklamasi umat,  menyusul konsekrasi, dengan tepat mengakhiri perayaan Ekaristi dengan visi eskatologis (lih. 1 Kor 11:26), “sampai Tuhan datang dalam kemuliaan.” Ekaristi adalah upaya untuk mengejar tujuan, pencicipan sukacita penuh yang dijanjikan oleh Kristus (lih. Yoh 15:11). Dalam satu cara inilah antisipasi surga, “materai kemuliaan yang akan datang.” Dalam Ekaristi, segala mahluk bergandengan penuh penantian akan “pengharapan sukacita kedatangan Juruselamat Yesus Kristus.” Para penyantap tubuh Kristus dalam Ekaristi tidak perlu  menunggu akhir dunia menerima hidup kekal : mereka telah memilikinya di dunia ini , sebagai buah sulung kepenuhan yang akan datang, yang memuaskan manusia tak kurang suatu apa. Sebab dalam Ekaristi juga kita menerima jaminan kebangkitan tubuh pada akhir dunia, “Barang siapa makan tubuh-Ku dan minum darah-Ku memiliki hidup kekal, dan aku akan membangkitkannya pada hari akhir” (Yoh 6:54). Jaminan kenangkitan kita kelak beroleh dasarnya pada kenyataan bahwa tubuh Putra Manusia, yang kita santap, adalah tubuh mulia Tuhan yang dibangkitkan. Kita seolah mencerna “rahasia” kebangkitan. Itulah sebabnya, Santo Ignasius Antiokia dengan tepat merumuskan Roti Ekaristi sebgai  “obat kebakaan, penangkal kematian.”

DALAM EKARISTI TERLAKSANA PENEBUSAN KITA


  “Tuhan Yesus, pada malam Ia diserahkan” (1 Kor 11:23) telah menetapkan Kurban Ekaristi tubuh dan darahNya. Kata-kata rasul Paulus ini membawa kita kembali ke peristiwa dramatik tatkala Ekaristi dilahirkan. Ekaristi secara tak terhapuskan ditandai oleh peristiwa sengsara dan wafat Tuhan….Ekaristi bukan saja jadi “peringatan” sengsara dan wafat Tuhan, tetapi juga penghadirannya kembali secara sakramental. Kurban salib inilah  yang diabadikan sepanjang masa. Inilah kebenaran yang terungkapkan dengan baik dalam aklamasi jemaat beriman dalam ritus Latin kepada pemakluman “Misteri Iman”, “Wafat Kristus kita maklumkan.”…
            Waktu Gereja merayakan Ekaristi, peringatan akan wafat dan kebangkitan Tuhannya, peristiwa sentral penyelamatan ini menjadi sungguh-sungguh hadir dan  “terlaksanalah karya penebusan kita.” Kurban ini sedemikian menentukan bagi penyelamatan bangsa manusia, sehingga Yesus Kristus memeprsembahkannya, dan Ia baru kembali kepada Bapa, setelah Ia memberi kita sarana ambil bagian dalam kurban salibNya, seolah-olah kita telah hadir di sana. Demikianlah dalam Ekaristi setiap orang dari umat dapat ambil bagian di dalam sengsara dan wafat Kriustus, dan beroleh buah yang tak kunjung kering. Inilah iman yang dihayati oleh seluruh generasi Kristen sepanjang segala abad. Kuasa mengajar Gereja terus-menerus menegaskan iman ini dengan keceriaan rasa syukur atas Karunia Maha Berharga…Mana gerangan yang belum dilakukan oleh Kristus bagi kita ? Sungguh dalam Ekaristi, Ia menunjukkan kepada kita kasihNya, yang “bertahan sampai akhir” (lih. Yoh 13:1), kasih yang tak mengenal batas.