Kamis, 10 November 2011

LITURGI PEMBAHARUAN JANJI NIKAH


1.           PEMBAHARUAN JANJI NIKAH
(Suami-istri berdiri dan berjabatan tangan)

I:      Saudara-saudari yang hendak memperbaharui janji nikah saya persilahkan berdiri dan maju ke depan Altar.
          Sekarang silahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
   Apakah saudara-saudari sungguh dengan ikhlas hati hendak memper-baharui janji nikah saudara-saudari?

P-W:   Ya, sungguh

I:       Silahkan saudari-saudari saling berjabat tangan dan menjawab pertanyaan saya.
Bersediakah saudara berdua sepanjang hidup untuk cinta-mencintai, bantu-membantu dan hormat-menghormati?

P-W:   Ya, kami bersedia

I:       Sekarang, saya bertanya kepada para suami.
Maukah saudara mencintai dan menghormati istri Anda dengan setia seumur hidup, baik dalam suka maupun dalam duka?

Suami:        Ya, saya mau

I:       Sekarang, saya bertanya kepada para istri.
Maukah saudari mencintai dan menghormati suami Anda dengan setia seumur hidup, baik dalam suka maupun dalam duka?

          Istri:            Ya, saya mau.

2.           BERKAT BAGI SUAMI-ISTRI
(suami-istri berlutut, dan Imam menumpangkan tangan pada mereka)
I:        Allah, Engkau menguduskan ikatan suami-istri dan mengangkat perjanjian nikah menjadi lambang persatuan Kristus dengan Gereja. Pandang-lah dengan rela para istri ini (hening sejenak) …., agar rahmat cinta dan damai tinggal dalam hati mereka. Semoga mereka menjadi istri yang setia dan ibu yang baik seperti wanita-wanita kudus yang dipuji dalam Kitab Suci.
          Kami berdoa pula untuk para suami ini (hening sejenak) ….., semoga mereka selalu berusaha menunaikan tanggung jawabnya, baik terhadap istri dan anak-anak, maupun terhadap masyarakat.
          Dan kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, semoga para suami-istri ini tetap berpegang teguh pada iman dan perintah-perintah-Mu. Semoga mereka bersatu sebagai suami-istri, terpandang karena perihidup yang baik, dan ber-jasa bagi sesama dalam lingkungan mereka.
          Kuatkanlah mereka dengan semangat Injil; sehingga mereka mencapai usia lanjut dan akhirnya memasuki kehidupan bahagia dalam Kerajaan Surga. Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.

3.           PEMERCIKAN AIR SUCI
(Suami-istri berdiri dan Imam memerciki mereka dengan air suci)

SURAT TERBUKA UNTUK PARA KETUA LINGKUNGAN DAN PETUGAS LITURGI


 
Kepada Yth.
Para Ketua Lingkungan
Para Seksi Liturgi Lingkungan
Para Petugas Liturgi
Se- Paroki  St. Albertus de Trapani
Blimbing – Malang


Salam Damai dalam Kristus,
          Liturgi adalah perayaan misteri karya keselamatan Allah dalam Kristus, yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Sang Imam Agung, bersama Gereja-Nya di dalam ikatan Roh Kudus. Di dalam liturgi, karya keselamatan Tuhan yang terlaksana di dalam Yesus Kristus di-raya-kan, dihadirkan lagi, dibuat meriah dan hidup terus. Pelaku Perayaan Liturgi adalah Kristus,  sang Imam Agung, bersama seluruh Gereja di dalam ikatan Roh Kudus. Maka Liturgi merupakan medan perjumpaan Allah dengan manusia dalam ikatan Roh Kudus, juga merupakan medan perjumpaan seluruh warga Gereja. Oleh karena itu, sifat-sifat liturgi adalah perayaan bersama, yang melibatkan Kristus dan Gereja, resmi (ada ketentuan-ketentuan baku yang harus dipatuhi), aktual dan kontekstual (ada ekspresi-ekspresi umat setempat yang saat itu berkumpul), memuliakan Allah dan sebagai sarana pengudusan manusia. Dengan pengertian demikian, maka Liturgi bukan sekedar kegiatan kumpul-kumpul bersama, nyanyi-nyanyi dan berdoa.
          Karena perayaan Liturgi adalah perayaan yang penuh makna, maka Bidang Perayaan Liturgi menyusun Jadwal Liturgi (terdiri dari :Petugas Koor (+Tatib dan Kolektan), Organis, Lektor, Petugas Dekorasi dan Kebersihan, Misdinar, dan memberikan saran-saran nyanyian Liturgi, dengan maksud para petugas liturgi dapat mempersiapkan diri dengan baik dan akhirnya sungguh membawa perjumpaan umat beriman dengan Allah, serta perjumpaan antara umat sebagai warga Gereja.
          Sehubungan dengan itu, maka kami meminta kerjasama Para ketua lingkungan, para seksi liturgi lingkungan untuk memperhatikan beberapa hal, yang perlu kita lihat kembali :

a)    Petugas Koor
Petugas Koor dipercayakan kepada Lingkungan-lingkungan, Mudika, Putra-Putri Altar, WKRI Blimbing, Bina Iman Anak, sekolah-sekolah yang ada di wilayah paroki Blimbing, dan kelompok lain yang menawarkan diri. Namun Prioritas utama diberikan kepada lingkugan-lingkungan. Dalam satu tahun,  lingkungan akan bertugas sebanyak 10 sampai 11 kali. Artinya, Setiap bulan lingkungan pasti akan mendapat tugas. Untuk Hari-Hari Raya (Mis :Natal, Paskah, HUT Paroki, dll- Koor adalah gabungan dari beberapa lingkungan).
Peran Koor :
1.  Membawakan secara tepat bagian-bagian yang dipercayakan kepadanya ;
2.  Mendorong partisipasi umat dalam menyanyi ;
3.  Meningkatkan nilai estetis perayaan liturgi tanpa menggusur peran umat.
Kinerja Koor :
1.  Paduan Suara/Koor hendaknya mengambil tempat yang sudah ditentukan yang mudah dilihat umat, untuk itu perlu memperhatikan penampilan dan penghayatan yang sesuai untuk ibadat;
2.  Paduan Suara hendaknya dengan arif mengusahakan keseimbangan akan perlunya nyanyian yang sudah dikenal umat agar umat dapat menyanyi, dan perlunya nyanyian baru untuk variasi dan menambah khazanah nyanyian yang dikenal umat ;
3.  Khusus untuk lagu baru, hendaknya Paduan Suara memberikan teks pada bangku umat dan melatih umat sebelum perayaan ekaristi berlangsung;
4.  Paduan Suara hendaknya mampu menarik umat untuk bernyanyi dengan baik.
b)   Pemazmur / Solis
Petugas Pemazmur / solis dipercayakan kepada Lingkungan/kelompok petugas Koor. Selain dilatih bernyanyi dengan baik, ada baiknya juga dilatih tata gerak liturginya. Tentu saja ini untuk pemazmur yang baru.
Peran dan kinerja  Pemazmur / Solis
1)  Tugas Pemazmur adalah membawakan mazmur tanggapan
2)  Pemazmur melaksakan tugas dari mimbar dan membawakan dari buku Mazmur (bukan dari lembaran misa)
3)  Pemazmur hendaknya menjiwai mazmur yang dibawakannya. Untuk itu perlu memahami isi, bentuk , dan suasana mazmur tanggapan yang bersangkutan.
4)  Pemazmur hendaknya membawakan mazmur tanggapan sedemikian rupa sehingga umat dapat menghayatinya sebagai tanggapan atas Sabda Tuhan yang baru didengarkannya.
c)    Lektor
Lektor adalah mereka yang bertugas membacakan Sabda Tuhan dari Mimbar. Kami berharap bahwa mereka yang terlibat dalam tugas ini, juga aktif dalam kegitan lingkungan. Untuk itu kami mohon bantuan ketua / seksi liturgi Lingkungan untuk menyerahkan jadwal liturgi pada petugas lektor. Jika yang bersangkutan tidak aktif dalam kegiatan berlingkungan, dan pindah ke lingkungan lain atau keluar paroki supaya diinformasikan kepada kami.
Peran  Lektor
a)  Lektor hendaknya menyadari perannya sebagai juru bicara Allah
b)  Peran lektor lebih dari sekedar membacakan Sabda Tuhan, tetapi mewartakannya kepada Umat sehingga umat terbantu untuk menanggapi, menghayati dan melaksanakan Sabda Tuhan.
Kinerja Lektor
a.  Hendaknya Lektor membacakan Sabda Tuhan dari Leksionarium atau Buku Bacaan Misa (jadi tidak dari lembaran lepas).
b.  Hendaknya Lektor membacakannya di depan umat dan bagi umat (jadi tidak hanya membaca bagi diri sendiri) sehingga umat mendengarkannya dan menjadi himpunan umat yang bersatu mendengarkan Sabda Tuhan.
c.  Hendaknya Lektor mempersiapkan pembacaan Kitab Suci baik secara rohani dengan pemahaman isinya maupun dari sudut teknis pembacaannya dengan latihan.
d)   Kebersihan dan Dekorasi Liturgi
Petugas kebersihan dan dekorasi Liturgi dipercayakan pada Lingkungan dan kelompok Orka yang ada di Paroki dan dijadwalkan secara bergilir. Dalam tugasnya akan dibantu oleh Tim dekorasi Paroki.
Tugas Penghias / Kebersihan Gereja :
1.  Penghias gereja mempunyai tugas luhur menciptakan ruang dan suasana yang mendukung umat untuk menghayati perayaan liturgi.
2.  Penghias gereja menata ruang gereja sesuai dengan tingkatan perayaan dan masa liturgi.
Kinerja penghias gereja :
1.  Penghias gereja, terutama perangkai bunga di sekitar altar, memang tampil sebelum perayaan liturgi, namun hasil kerjanya dimaksudkan menambah suasana keindahan perayaan liturgi. Hendaknya dipakai bunga asli.
2.  Hendaknya penghiasan, jangan sampai mengaburkan makna dan pusat perayaan liturgi, melainkan justru memperjelas dan menggarisbawahinya. Untuk itu konsep dekorasi (khususnya untuk hari-hari besar: natal/paskah,dll) supaya dibicarakan dengan pastor paroki bersama ketua bidang liturgi.
3.  Hiasan jangan sampai menghambat pandangan atau mengganggu kelancaran gerak petugas.
e)    Nyanyian Liturgi
Nyanyian liturgi menyatu secara utuh di dalam liturgi, merupakan liturgi itu sendiri, yang merupakan perjumpaan antara Tuhan dan manusia, serta perjumpaan antara manusia sebagai warga Gereja.
Maka kriteria pokok nyanyian liturgi adalah (a) membantu terjadinya perjumpaan Tuhan dan manusia, serta antar manusia dan sesamanya, (b) sesuai dengan misteri iman akan Kristus yang sedang dirayakan, (c) mampu mempersatukan umat beriman dan membantu umat untuk berpartisipasi sadar dan aktif dalam perayaan liturgi.
Saran nyanyian Liturgi yang kami sajikan dalam jadwal liturgi disusun berdasarkan tema dan misteri yang akan dirayakan dan direkomendasi oleh Komlit KWI. Perihal Nyanyian Persiapan Persembahan: Jika tidak ada perarakan bahan persembahan, tidak perlu ada nyanyian (PUMR 74). Ada baiknya dibaca kembali buku Panduan Memilih Nyanyian Liturgi, E.Martasudjita & J.Kristanto, Kanisius 2007.
f)     Petugas Tatib dan Kolektan
Petugas Tatib dan Kolektan dimabil dari lingkungan/kelompok yang bertgas Koor. Lingkungan silahkan melibatkan remaka dan anak untuk ambil bagian dalam tugas kolektan, namun perlu dipersiapkan dengan baik. Lingkungan dapat meminta bantuan kelompok-kelompok yang ada di paroki, misalnya legio,  PWK St. Monika, dll.
Tugas dan Kinerja Kolektan :
1.  Kolektan bertugas mengumpulkan kolekte dengan cara yang sedapat-dapatnya tidak mengganggu konsentrasi umat dalam perayaan liturgi.
2.  Kolektan hendaknya mengenakan tanda tertentu (salib) dan bila berkeliling di antara umat, penampilannya hendaknya jangan sampai mengganggu umat.
3.  Hendaknya kolektan menghindari kesan memaksa terutama pada umat yang kurang mampu dan memang tidak bermaksud memberi kolekte.



Tugas Petugas Tata tertib :
1.  Menyambut umat di pintu gereja, mengantar mereka ke tempat duduk, mengatur saat perayaan dan menyambut komuni. (PUBM 68b). Tugas ini akan dibantu oleh Tim Among Umat yang ada di Paroki.
2.  Bertanggungjawab untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang dapat mengganggu perayaan liturgi.
3.  Tugas tata tertib dapat dirangkap oleh kolektan
Kinerja Petugas Tata tertib :
1.  Hendaknya ramah, sopan, tegas , dan lembut
2.  Kalau harus menertibkan umat hendaknya tetap simpatik.
3.  Dalam berpakaian hendaknya sopan dan rapi.
g)    Petugas Persembahan
Untuk paroki kita, Perarakan Bahan Persembahan diutamakan pada Hari-Hari Raya pada Misa Sabtu Pkl.16.30, Minggu Pkl. 08.00 dan 18.00 atau Hari Raya yang jatuh diluar Sabtu dan Minggu pada Misa Pkl. 17.00. Selain bertugas sebagai pengantar bahan persembahan, lingkungan juga diminta untuk menyediakan bahan persembahan.
Yang termasuk bahan persembahan adalah hasil bumi dan usaha manusia. Bentuk hasil bumi dan usaha manusia itu bermacam-macam, misalnya hasil panenan (buah-buahan), bunga, dsb namun yang pasti tentulah roti dan anggur. Yang sangat biasa dikumpulkan sebagai bahan persembahan adalah uang kolekte. Kolekte ini dapat diarak bersama buah-buahan,bunga,dsb.
Urutan perarakan bahan persembahan : roti dan anggur selalu paling depan, karena itu adalah bahan persembahan yang langsung dibawa ke altar dan pada saatnya akan diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus, bunga, buah-buahan, buah tangan lain dan kolekte. Bahan-bahan persembahan yang kita bawa itu sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kita kepada Tuhan.

Akhirnya kami mengucapkan apresiasi setinggi-tingginya kepada lingkungan, petugas liturgi dan umat paroki atas keterlibatan aktifnya dalam berliturgi. Semoga berkat rahmat pencurahan Roh Kudus dalam peristiwa Pentakosta yang baru saja kita rayakan, membuat kita sekalian mampu ambil bagian dalam tugas liturgi dengan mempersiapkan dengan baik sehingga perayaan liturgi sungguh menjadi medan perjumpaan Allah dengan manusia dalam ikatan Roh Kudus dan juga merupakan medan perjumpaan  antar sesama warga Gereja. Amin
In Christo,

Mengetahui
Moderator Liturgi


RD. Y.P. Aang Winarko
Ketua Bidang
Perayaan Liturgis


Deddy Dismas


Menghormati Altar dan Tabernakel


Tempat khusus untuk imam disebut panti imam (presbyterium). Panti imam dibuat khas dan berbeda dari bagian ruangan gereja lainnya. Biasanya dengan lantai yang lebih tinggi daripada tempat umat dan dirancang dengan hiasan khusus. Inilah tempat penting yang cukup luas untuk kegiatan kudus dan bisa dilihat jelas oleh semua yang hadir. Umat pun dapat berpartisipasi dengan lebih baik dan kegiatan ritual dapat dilaksanakan di situ.

Di panti imam terdapat altar, mimbar, dan kursi imam. Ketiga perabot ini ibaratnya satu paket yang amat penting dan bermakna. Ketiganya menopang tindakan-tindakan liturgis selama Misa. Imam selebran akan secara bertahap menggunakan perabot itu. Perabot pertama yang dituju adalah altar. Namun, dalam Ritus Pembuka, altar baru sebatas dituju untuk dihormati dengan beberapa sikap tubuh, baik yang secara khusus dilakukan oleh imam maupun oleh petugas liturgi lainnya.

Keistimewaan altar

PUMR 296 merumuskan altar sebagai ”tempat untuk menghadirkan kurban Salib dengan menggunakan tanda-tanda sakramental. Sekaligus altar merupakan meja perjamuan Tuhan, dan dalam Misa umat Allah dihimpun di sekeliling altar untuk mengambil bagian dalam perjamuan itu. Kecuali itu, altar juga merupakan pusat ucapan syukur yang diselenggarakan dalam Misa.” Ada tiga metafora yang saling melengkapi: altar untuk kurban Tubuh-Darah Kristus, meja Tuhan untuk perjamuan di akhir zaman, dan pusat pengucapan syukur umat dalam kesatuan dengan seluruh Gereja. Altar itu sebaiknya permanen, materinya batu, dan berbentuk meja, sehingga secara jelas dan lestari menghadirkan Kristus, Sang Batu Hidup (1 Ptr 2:4).

Bagaimana keistimewaan altar ditampilkan? Altar ditutup sehelai kain putih. Altar dapat dihiasi rangkaian bunga, tapi tak berlebihan dan cukup ditempatkan di sekitar altar, bukan di atasnya. Di atas altar ditempatkan hanya barang-barang yang diperlukan untuk Misa, yakni Evangeliarium (dari awal perayaan sampai sebelum pemakluman Injil); korporale, purifikatorium, buku Misale, dan piala dengan patena, sibori (dari persiapan persembahan sampai pembersihan bejana-bejana).

Lilin ditaruh di atas atau di sekitar altar, sesuai dengan bentuk altar dan tata ruang panti imam. Di atas atau di dekat altar hendaknya dipajang sebuah salib dengan sosok Kristus tersalib. Salib itu harus mudah dilihat oleh seluruh umat. Semuanya harus ditata secara serasi, dan tidak boleh menghalangi pandangan umat, sehingga umat dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di altar atau yang diletakkan di atasnya (PUMR 304-308).

Mengingat makna dan keistimewaannya, maka altar sebagai simbol Kristus pun dihormati dengan beberapa cara. Semua petugas membungkuk pada altar ketika menghampirinya dan hendak memulai tugas. Ketika Ritus Pembuka imam selebran menciumnya, lalu jika perlu juga mendupai altar dan salib. Dalam Ritus Penutup, sebelum meninggalkan panti imam, ia kembali mencium dan membungkuk lagi bersama petugas lainnya.

Menghormati tabernakel

Seringkali ada juga tabernakel di panti imam. Idealnya, tabernakel disendirikan di sebuah kapel khusus yang dapat dijangkau dengan mudah dari panti imam. Tabernakel memang sebenarnya tak diperhitungkan sebagai bagian dalam Misa. Fungsinya berkaitan dengan ritual setelah Misa, yakni untuk menyimpan Tubuh Kristus yang belum disantap dalam Misa atau yang dikhususkan bagi orang sakit yang tak bisa hadir dalam Misa dan bagi kegiatan adorasi.

Letak tabernakel di panti imam juga tak seragam. Ada yang di belakang atau samping altar. Tabernakel dihormati oleh setiap petugas yang melewati atau menghampirinya. Jika di belakang altar terdapat tabernakel yang berisi Sakramen Mahakudus, maka penghormatan awal untuk altar dijadikan satu dengan untuk tabernakel, yakni dengan cara berlutut. Berlutut adalah sikap hormat tertinggi yang khusus diberikan bagi Sakramen Mahakudus. Simbolsimbol Kristus lainnya (imam, Kitab Injil, altar, salib) dihormati dengan cara membungkukkan badan.

Christophorus H. Suryanugraha OSC